This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 23 November 2009

Ekologi vs Antroposentrisme

IntroPandangan antroposentrisme yang ditawarkan disini adalah kisah lanjut interpretasi atasKitab kejadian 1: 28. Argumennya dasarnya, kerusakan lingkungan hidup disebabkan oleh kuasa (daya takhluk manusia atas ciptaan lainya). Kuasa manusia tampak dalam persfektif teologis tentu saja filosofis. Antroposentrisme : menempatkan manusia sebagai pusat, entah fisk, spiritual,maupun etis. Manusia dalam dirinya mempunyai nilai etis-intrisnsik, yang lain tidak. Ciptaan nonmanusiawi dinilai karena kegunaannya sebagai alat bagi mansia (instrumental value).Berangkat dari pandangan ini, tumbuh-tumbuhan dan hewan memiliki nilai karenamempunai fungsi ekonomis bagi manusia. Ciptaan bernilai sejauh berhubungan dengan manusia. Manusia menjadi ukuran nilai bagi benda-benda disekitarnya.Manusia Sebagai Pusat...

"Kematian yang Menghidupkan"

Sebuah Catatan Ringan tentang Makna Kehidupan[1]________________________________________________________PengantarBanyak orang berpendapat bahwa hidup ini bersifat ironis. Karena manusia sebenarnya tidak pernah meminta agar ia dilahirkan, tetapi begitu ia lahir, mencintai hidup dan kehidupannya, ia dihadapkan pada realitas yang sangat menyakitkan hatinya. Itulah kematian. Semua orang tahu bahwa kematian adalah kewajaran dalam hidup, tetapi tidak sedikit orang yang mau menyangkalnya. Bahkan berpikir tentang kematian atau sekadar membicarakannya saja, kerapkali dianggap tidak sehat. Bisa menganggu dan membahayakan keseimbangan psikologis. Singkatnya kematian itu sesuatu yang menakutkan. Catatan ini mau menggoreskan sisi lain dari kematian itu, yang bukan menakutkan. Bahwa kesadaran akan kematian...

Jumat, 20 November 2009

Seniman : Tamu Tak Diundang

Di tengah era kebebasan, nyatanya kita tidak bisa lagi mengatur-atur agar ungkapan komunikasi yang disampaikan ditengah publik harus dengan bahasa bagus-bagus, apalagi tanpa berpatokan pada realitas. Rasanya, ungkapan “Kata-kata yang tulus tidak enak didengar, kata-kata yang enak didengar tidak tulus” kian melambung tinggi bunga kebenarannya. Orang-orang belakangan ini, tidak ramah lagi dengan budaya umbar janji muluk yang tanpa selekas mungkin dibarengi dengan aktualisasinya. Sebab upaya kritis, reaksi (baca: demonstrasi) selalu membuntutinya. Mungkin lebih mudah kita mengatakan, bahwa ekspektasi rakyat lebih menomorsatukan kebijaksanaan beraksi ketimbang kelihaian berbahasa ala bacunin, misalnya. Orang semakin hari semakin menaruh iman pada “non pulchra verba sed facta”. Gejala ini, tak...

Page 1 of 10123Next