Web Toolbar by Wibiya

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 25 Mei 2010

Permainan Sederhana untuk Anak

MENJAGA anak tetap aktif adalah salah satu tugas orangtua. Bersama mereka, orangtua bisa mengajaknya bermain dan meski dilakukan di dalam rumah, rasanya tetap menyenangkan.


Saat cuaca cerah, anak bisa bebas bermain sepeda, berlarian di taman, bermain bola, dan sebagainya. Namun saat musim hujan datang, aktivitas tersebut tak lagi bisa dilakukannya. Yang ada di rumah hanyalah permainan monopoli, video games, dan televisi.

Pernahkah para orangtua memikirkan apa yang dirasakannya saat hari libur hanya dihabiskan di rumah, tanpa aktivitas berarti? Kini, kreativitas para orangtua diuji.

Chase Lapine dan Larysa Didio dalam buku "Sneaky Fitness: Fun, Foolproof Ways to Slip Fitness into Your Child's Everyday Life" memaparkan aktivitas-aktivitas untuk anak berbagai umur yang akan mendorongnya selalu aktif setiap hari. "Aktivitas bersama anak-anak ibarat fitness yang bermanfaat untuk kesehatan tubuhnya. Selain sehat, mereka juga ingin bersenang-senang dalam kegiatan bermainnya. Kuncinya, bagaimana cara Anda mengemas dan menyajikannya," papar Lapine.

Sementara Didio mengatakan, aktivitas bermain (bergerak) akan memberikan manfaat besar dalam jangka panjang anak. Berikut tiga aktivitas menyenangkan untuk membuat anak-anak tetap bergerak, sebagaimaan diulas Sheknows.



Melompat

Ada alasan saat orang mengatakan hal baik, "Perhatikan lompatan saat melangkah". Melompat itu hal menyenangkan. Buktinya, orang melompat saat mereka bahagia. Itulah mengapa permainan hip hop sangat baik untuk anak-anak, khususnya anak usia 5-10 tahun.

Cara bermainnya cukup sederhana. Gunakan masking tape atau kapur untuk menggambar garis lompatan di beberapa sudut ruangan yang tidak akan diduga anggota keluarga. Setiap kali ada seorang anggota keluarga yang akan melewati garis tersebut, mereka harus berjingkat.

Mengapa permainan ini baik untuk anak? "Melompat bisa membakar kalori dua kali lebih besar daripada berjalan," kata Didio.



Menjiplak

Setiap anak pasti suka kegiatan menggambar dan mewarnai. Mencampur dan mewarnai di atas kertas adalah kegiatan menyenangkan dan pengalaman ajaib untuk mereka. Tempelkan berlembar-lembar kertas pada lantai rumah. Lalu, biarkan anak menjiplakkan telapak kaki mereka yang penuh cat warna di kertas tersebut.

Permainan ini sangat sempurna untuk anak usia prasekolah dan anak usia 5-10 tahun. Permainan yang kelihatannya hanya senang-senang ini memberi kegunaan dalam membangun keseimbangan dan melatih anak olahraga kardiovaskular. "Selain itu, anak akan merasa sangat gembira saat dibolehkan menggambar dengan tangan dan kaki mereka," ucap Didio.



Meluncur

Anak-anak senang meluncur bebas di lantai, rumput, alat perosotan, dan sebagainya. Jangan larang mereka melakukan kesenangan tersebut karena aktivitas meluncur bebas bisa menjadi olahraga yang baik. Anak usia 5-10 tahun sangat ideal dilibatkan dalam permainan ini.

Untuk di rumah, cara bermainnya sederhana. Kenakan kaus kaki usang untuk si kecil dan meluncurlah di atas lantai tak berkarpet. Lapine mengatakan, manfaat tersembunyi permainan meluncur bebas adalah anak-anak melakukan kegiatan olah fisik dan juga membuat lantai bersih. (ozc/tin)

Memahami Penyebab Anak Sulit Konsentrasi

MULAI sekarang, berhati-hatilah para orangtua memakai gaya bahasa. Sebab, gaya bahasa negatif akan membuat anak stres yang berpengaruh buruk terhadap perkembangannya.

Ananda (36), paling sering uring-uringan melihat tingkah putrinya, Sisil (12). Betapa tidak, murid kelas 1 SMP ini kerap kali melakukan kesalahan yang terus berulang di mata Amanda. Beberapa kali Sisil tidak membawa kembali baju olahraga. Dia juga kerap lupa membawa kembali tas berenang dan sudah terjadi puluhan kali.

Hal yang paling membuat Amanda kesal adalah seminggu lalu ketika Sisil datang dari sekolah, ia memakai sepatu kiri dan sepatu kanan berbeda. Anehnya, Sisil tidak menyadari kesalahan itu. Di mata Amanda, keadaan ini sudah benar-benar parah. Seharusnya, anak seusia Sisil sudah tidak melakukan kekeliruan seperti itu.

Apalagi setiap Amanda menanyakan kepada Sisil soal keteledorannya itu, Sisil selalu ngotot dan mengatakan sudah membawa dan menaruhnya di mobil. Namun, bisa juga alasannya lupa dan tidak sengaja. Kalau Amanda berkata dengan nada marah, Sisil menangis dan cemberut.

Setelah kejadian itu, Amanda tidak tega dan pasti membelikan lagi peralatan yang hilang itu. Belum tuntas kekesalan Amanda, Sisil sudah melakukan hal yang membuat ibu muda itu lebih kesal lagi. Berikutnya, Sisil tidak ikut bimbingan belajar, tetapi malah pergi makan mi kuah ke sekolah. "Sopir bilang diancam sama Sisil untuk tidak bilang sama saya, dan tentu saja saya marah sama Sisil," tandas Amanda.



Beberapa Faktor

Apa yang dialami Amanda mungkin juga dialami oleh ibu-ibu lainnya. Menurut praktisi emotional intelligence parenting Hanny Muchtar Darta, keadaan seperti di atas pada umumnya sering terjadi dan berdasarkan pengamatannya, hal itu terjadi pada keluarga di kalangan menengah atas.

Umumnya kejadian itu disebabkan beberapa faktor. Antara lain karena banyaknya pembantu di rumah yang menghambat kemandirian anak sehingga segalanya telah dipersiapkan, gaya pengasuhan yang permisif, dan stres yang disebabkan emosi negatif sehingga membuat anak tidak konsentrasi.

Biasanya juga, anak stres karena emosi negatif yang tidak diekspresikan karena perasaan takut. Selain itu bisa karena beban pelajaran di sekolah, ditambah dengan les yang banyak untuk mengembangkan kecerdasan ganda anak atau multiple intelligence anak, mulai dari les bahasa, matematika, musik, hingga taekwondo.

"Alasan anak-anak menjadi sulit konsentrasi karena banyak faktor penyebab. Di antaranya pendekatan negatif dari pola asuh yang fokus pada masalah dan bukan fokus pada keinginan terbaik dengan menggunakan gaya bahasa negatif. Misalnya marah-marah saat anak terlihat tidak semangat belajar sehingga nilainya tidak baik," ujar Hanny.

Dikatakan, hasil penelitian di Amerika yang dilakukan Task Force for Personal and Social Responsibilities bahwa setiap harinya orang mendengar 432 kata atau kalimat negatif dan hanya mendengar 32 kata atau kalimat positif. Sebanyak 80% kata-kata itu menyakitkan sehingga membuat orang sulit untuk bangkit dan hanya sekitar 20% tahan terhadap pendekatan negatif itu tanpa memberikan dampak psikologis. "Dapat disimpulkan, sangat penting untuk berkomunikasi secara positif dengan anak-anak kita," katanya.



Lebih Besar

Menurut Elizabeth Hartley dan Brewer dalam buku "Happy Children Through Positive Parenting 2005", gaya bahasa negatif tidak saja membuat anak stres, tetapi dampaknya lebih besar daripada yang kita bayangkan. Gaya bahasa negatif bisa memengaruhi perkembangan anak secara negatif sehingga menghambat anak-anak untuk meraih segala potensi yang ada pada dirinya. Gaya bahasa negatif menyebabkan put down. Put down meliputi rasa direndahkan martabatnya, anak merasa kecil dan tidak penting, anak merasa tidak mampu, juga anak merasa jauh dari orangtuanya.

"Demikian besarnya dampak gaya bahasa negatif terhadap perkembangan anak dan juga kita sebagai orangtua karena semakin banyak menggunakan kata negatif akan merasakan emosi negatif pula," katanya.

Sementara Eric Robins MD mengatakan, 85% penyakit medis disebabkan emosi negatif. Tentunya gaya bahasa negatif yang menyebabkan orang merasakan emosi negatif salah satu faktor penyebab tidak sehatnya hubungan antara orangtua dan anak karena anak merasa tidak nyaman dan merasa ada jarak dengan orangtuanya. (ksi/nsa/tin)

http://www.balipost.co.id

Mengembangkan Kreativitas Imajinatif Anak



BANYAK orang tua berpendapat bahwa hanya bakatlah yang menentukan semua kreativitas pada anak, lebih-lebih di dalam bidang karya seni atau dalam keterampilan tertentu. Pendapat ini tentu beralasan.

Ambillah contoh, tanpa diperintahkan si anak sering melukis sesuatu dalam berbagai media, diawali mencorat-coret dinding kemudian melukis di kertas gambar. Dalam bidang tarik suara, misalnya, hanya dilatih sedikit saja si anak sudah dapat melantumkan tembang/lagu yang enak didengar. Bahkan, tanpa dilatihkan mereka melakukan kreativitas sendiri. Tegasnya, antara bakat dan hobi si anak saling mendukung.

Seorang anak tentu akan terus berkembang baik fisik maupun mentalnya. Sejalan dengan perkembangan fisik anak, daya imajinasinya pun berkembang menuju ke arah pendewasaan. Perkembangan fisik sangat ditentukan oleh gizi makanan, cara (pola) hidup di dalam keluarga, dan kondisi lingkungan tempat tinggal anak. Sedangkan perkembangan kreativitas imajinasi—apakah ke arah posisif atau negatif—anak sangat ditentukan oleh pola asuh, pendidikan dalam keluarga dan lingkungan sekitar anak, di samping bakat anak itu sendiri.

Pengembangan kreativitas imajinatif tentulah bukan sebatas karya seni. Kreativitas imajinasi juga mencakup kreativitas kecerdasan atau keterampilan yang lain. Seorang anak menjalankan mobil-mobilan dengan suara yang menderu-deru tentu termasuk imajinasi yang kreatif. Kemudian di gundukan pasir ia membuat replika jalan raya untuk tempat berlalu-lintasnya mobil-mobilan miliknya. Pada kesempatan lain ia membuat senapan dari dari pelepah daun pisang untuk dipakai perang-perangan. Seorang anak perempuan memotong kertas untuk dijadikan uang-uangan dalam kreativitas imajinasi dalam dagang-dagangan. Jelaslah semua kreaktivitas tersebut mengarah kepada pembentukan karakter secara posisitf sebagai manusia yang punya kreativitas.

Kondisinya sering berbeda, bahkan berbalik setelah anak menginjak usia remaja. Remaja laki-laki, sepeda motornya dipreteli kemudian digantikan dengan sesuatu yang bagi masyarakat umum, khususnya kalangan tua, sangat mengganggu ketertiban. Kreatvitasnya sudah mengarak ke hal yang kurang positif. Permasalahannya, mengapa kreativitas anak banyak yang tidak berlanjut ke arah yang positif menjelang usia remaja?

Tentu ada yang salah dalam pendidikan atau pola asuh terhadap anak. Ambillah contoh sederhana pada mainan anak. Tampaknya ada hubungan antara mainan buatan anak sendiri dengan mainan-jadi yang mudah dibeli. Sebab, zaman sekarang sebagian besar mainan anak adalah produk barang jadi yang dapat dibeli dan kebanyakan barang impor. Begitu mudahnya didapat mainan anak sehingga orang tua tidak merasa perlu mengarahkan si anak untuk membuat sendiri. Anak pun senang dibelikan mainan saat melihat ada main yang menarik perhatiannya di dagang/toko mainan.

Proses



Setelah anak bosan dengan mainan yang dibelikan itu, si anak akan memreteli mainannya itu sesuka hatinya, mungkin dengan maksud dibelikan lagi mainan yang baru. Ia tidak tahu apakah mainannya itu harganya mahal atau murah. Ia ingin mainan yang lain dan akan dibelikan. Setelah bosan dicopot atau dipreteli bagian-bagiannya. Jika sudah dicopot sana-sini barang mainan itu, boleh dikatakan si anak tidak ada hubungan batin dengan mainan yang harganya mahal itu.

Akan berbeda halnya jika mainan itu dibuatnya sendiri. Sampai mainan itu siap digunakan tentu memerlukan proses yang panjang. Mula-mula anak berpikir mainan apa yang akan dibuat, kemudian mulai mengumpulkan bahan. Berikutnya melangkah kepada proses pembuatan sampai siap digunakan. Kalau ia berhasil menyelesaikan mainan yang dibuatnya sendiri tentu mainannya itu akan menjadi barang kebanggaannya. Dalam pikirannya, “Saya mampu membuat mainan”. Siapa yang tidak senang dan sayang kepada barang buatannya sendiri? Hal itu akan menjadi kebanggan tersendiri. Hampir tidak ada anak yang merusak barang kebanggaannya. Kalau sianak sudah terpola memiliki sesuatu dengan proses, maka dapat dipastikan ia akan tumbuh menjadi orang yang punya rasa sayang dan penuh dengan rasa tanggung jawab.

Anak pun ingin menjadi bagian dari lingkungannya. Kalau ia melihat orang dewasa membuat ogoh-ogoh, misalnya, ia akan berkreatvitas dalam imajinasinya seperti orang dewasa itu. Mereka pun mulai bekerjasa sama dengan teman-temanya mencari sesuatu untuk membuat ogoh-ogoh. Anak-anak akan mengambil pisau, mencari bahan-bahan yang mudah didapat untuk membuat ogoh-ogoh. Jika ogoh-ogoh sudah selesai, mereka mengusungnya berkeliling rumah atau tetangga sekitarnya. Gambelannya pun digunakan dari apa saja yang didapat untuk bisa ditabuh dengan irama mereka. Dari sisi pembelajaran pembentukan karakter untuk memupuk kerja sama, si anak tidak akanbanyak membutuhkan bantuan pembelajaran dari orang tua. Pembelajaran mereka semuanya berawal dari kreativitas imajinasi. Kreativitas imajinasi anak tidak saja menumbuhkembangkan kecerdasan motorik, melainkan juga membangun karakter untuk belajar bekerja sama.

Dalam tumbuh-kembangnya kreativitas anak, sikap orang tua kadang menjadi penghambat pengembangan kreativitas. Menurut George Prasetya Tembong (2006), beberapa sikap orang tua yang dapat menghambat kreativitas anak. (1) Orang tua yang suka mengancam jika anak berbuat salah, gagal melakukan sesuatu. Ancaman ini akan membuat anak merasa tertekan untuk melakukan sesuatu yang yang baru. (2) Orang tua yang otoriter, yakni semua keputusan ditentukan oleh orang tua. Anak tidak boleh beda pendapat apalagi tidak setuju dengan keputusan orang tua. (3) Orang tua yang tidak toleran, yakni melarang anaknya bermain atau bergaul dengan anak dari keluarga yang berbeda paham, keyakinan, status sosialnya berbeda. (4) Orang tua yang terlalu ketat mengawasi anak sehingga sedikit-sedikit memberikan kritik yang kurang membangun. Dari pendapat Tembong ini, bukan berarti bahwa orang tua harus longgar dalam mengawasi anak. Di sini diperlukan komunikasi yang bijak antara orang tua dan anak.

Mirip dengan perilaku orang tua yang menjadi penghambat kreativitas imajinasi anak, di sekolah juga demikian. Guru terlalu mudah memberi ancaman kepada siswa, bersikap otoriter, memberi hukuman yang tidak mendidik, dan beberapa sikap yang kurang mendidik sering menghambat kreativitas anak. Misalnya, seorang anak yang berbeda pendapat dengan guru bukannya dipuji oleh guru sebagai suatu kreavitas berpikir, melainkan mendapat ancaman dan diberi label “anak kurang ajar”. Si anak dituduh kurang sopan kepada guru padahal kesalahan anak hanya pada penggunaan bahasa dalam menyampaikan perbedaan pendapat itu kepada gurunya. Sesungguhnya, tidak ada maksud anak kurang sopan kepada gurunya. Akhirnya, si anak mengalah membiarkan guru menang sendiri. Si anak takut kalau gara-gara berani beda pendapat dengan gurunya berakibat kepada nilai yang kurang baik diberikan dalam rapor.

Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah, juga lingkungan, sangat menentukan tumbuh kembangnya kreativitas imajinasi anak ke arah yang positif. Dalam aktivitas pembelajaran, seorang anak tentu saja akan mengalami kesalahan dan kekeliruan. Yang baik dalam pendidikan itu tentu kesalahan si anak tidak mendapat cemoohan, melainkan dijadikan pengalaman yang berharga agar tidak terulang lagi di samping memberikan semangat, "Kamu pasti bisa".

IGK Tribana
http://www.balipost.co.id