Web Toolbar by Wibiya

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 24 April 2010

Menjadi Orang Tua Efektif

Tidak ada sekolah untuk orangtua. DR. Frieda Mangunsong, MEd, Psi, yang sudah memiliki tiga anak dengan rentang usia remaja hingga dewasa pun merasa harus terus belajar menjadi orangtua. Ini karena menurutnya, tidak semua teori psikologi bisa diterapkan.Menjadi orangtua juga merupakan salah satu pekerjaan dengan job description yang rumit dan tidak jelas disertai tanggung jawab yang sangat besar. Untuk menjadi orangtua efektif, Anda harus terjun langsung dan belajar dari pengalaman.Tanggung jawab orangtua memang sangat besar. Di tangan orangtua, masa depan anak ditentukan. Baik dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri, kemampuan berpikir, dan hal-hal lain yang kelak akan menentukan keberhasilan dan kemandirian anak. Juga keberhasilan anak saat mereka menjadi orangtua.

Meski demikian, Frieda memberikan 10 kiat menjadi orangtua yang efektif. Kiat ini dapat digunakan para orangtua yang dua-duanya bekerja agar bisa memanfaatkan waktu yang terbatas dengan anak secara efektif dan efisien, maupun orangtua yang salah satunya tidak bekerja.

Mengenali anak
Orangtua harus memperlakukan anak sesuai karakternya, pemalu, periang, dan lain sebagainya. Jangan paksa anak untuk menjalani karakter lain. Kenali pula perasaan anak saat ia sedang mengalami masalah. Hal ini bisa dilakukan dengan berempati pada anak. Yang tak kalah penting, orangtua mesti mengenali perkembangan anak sesuai usia.

Hargai perilaku baik anak
Orangtua perlu menerapkan positive parenting, yaitu menghargai perilaku baik sebanyak-banyaknya dan menghukum sesedikit mungkin. Sebaiknya, orangtua memberikan pujian terhadap semua hal baik yang dilakukan anak. Hendaknya pujian diberikan langsung, tanpa ditunda. “Jangan menunggu hingga anak melakukan hal yang spesial,” kata ketua Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI ini. Secara berkala, orangtua hendaknya memberikan sesuatu yang menyenangkan anak, misalnya memberi sesuatu yang disenangi anak bila ia melakukan tugasnya dengan baik atau menambah jangka waktu untuk mengembangkan perilaku baik.

Melibatkan anak
Anak termasuk dalam keluarga. Itu sebabnya, selalu libatkan anak dalam kegiatan dan keputusan keluarga. Contohnya, saat merencanakan liburan bersama. Anak juga perlu dilibatkan dalam tugas rumah sehari-hari yang tentu saja mesti disesuaikan dengan usianya.

Selalu mendekatkan diri dengan anak
“Gunakan setiap kesempatan untuk mendekatkan diri dengan anak,” ujar Frieda. Saat di perjalanan dan terjebak kemacetan, Anda bisa mengobrol lebih banyak dengan anak. Biasanya anak akan lebih terbuka dalam situasi seperti itu. Kemudian saat menonton televisi, orangtua sebaiknya mendampingi anak. Gunakan kesempatan itu untuk menanamkan nilai-nilai padanya. Penanaman nilai-nilai baik ataupun buruk, penting atau tidak penting, pada anak juga bisa dilakukan saat Anda sedang berjalan bersama anak.

Sediakan waktu khusus
Berikan waktu khusus hanya berdua dengan anak. Bila anak lebih dari satu, sediakan waktu khusus secara bergiliran. Lalu, sediakan pula waktu untuk kegiatan bersama.

Tegakkan disiplin
Melakukan positive parenting bukan berarti Anda mendiamkan sesuatu yang salah yang dilakukan anak. Anak perlu belajar atas perilaku yang bisa diterima, sehingga pendisiplinan perlu diterapkan. Disiplin harus ditegakkan segera setelah perilaku yang tidak baik dilakukan.

Cara pendisiplinan yang disarankan Frieda adalah dengan teknik time out dan grounded, yang bisa efektif bila diterapkan dengan tepat. Time out bisa diberikan dengan mendiamkan anak atau orangtua tidak memberi reaksi apa-apa kepada anak. Tindakan ini merupakan respon orangtua atas perilaku anak yang tidak diinginkan. Pada saat itu orangtua bisa keluar ruangan dan anak berada di dalam ruangan. Anak juga bisa dijauhkan dari aktivitasnya.

Sementara untuk grounded, anak diharuskan menyelesaikan satu tugas untuk bisa mendapat kesenangannya lagi. Contohnya, bila anak suka menonton film Sponge Bob dan ia tidak mau mandi, orangtua bisa melakukan grounded. Kalau tidak mandi, tidak boleh menonton Sponge Bob. Setelah mandi, anak boleh keluar kamar dan menonton film tersebut.

Pendisiplinan ini perlu dilakukan secara konsisten dan harus selalu didasarkan pada perilaku anak. Teknik pendisiplinan yang sama juga perlu diterapkan bila anak melakukan perilaku yang sama lagi. Namun, orangtua sebaiknya tidak langsung memberikan sanksi apabila anak baru melakukan perilaku tidak baik pertama kali dan belum pernah diberitahu sebelumnya bahwa perilakunya itu buruk.

“Dan pastikan teknik pendisiplinan yang sama dilakukan oleh pasangan dan orang-orang di rumah saat orangtua tidak di rumah,” kata Frieda.

Panutan bagi anak
Anak adalah peniru ulung. Segala gerak-gerik orangtua akan ditirunya. Anak belajar cara beraksi terhadap berbagai hal melalui pengamatannya pada perilaku orangtua. Agar anak dapat menerapkan perilaku yang baik, orangtua mesti mencontohkannya terlebih dulu dalam kehidupan sehari-hari.

Say “I love You”
Kasih sayang mestilah diungkapkan. Frieda menyarankan para orangtua untuk mengungkapkan kasih sayang dengan kata-kata seperti I love you, belaian, pelukan, ciuman, tulisan “ayah/ibu sayang kamu,” atau gambar bunga atau hati.

Komunikasi dengan tepat
Saat berbicara dengan anak, orangtua harus melakukan kontak mata dengan mereka. Bila ingin memberikan perintah, berikan sespesifik mungkin. Perintah dengan arti yang sangat umum akan membingungkan anak. Hindarkan pula membentak, mengomel, berteriak, atau berceramah panjang lebar kepada anak.

Selesaikan masalah saat Anda “dingin”
Bila ada masalah, hendaknya tidak diselesaikan saat Anda sedang marah. Bila hal ini dilakukan justru akan memperburuk keadaan. Biasanya, saat marah kontrol diri Anda cenderung lebih rendah, sehingga sangat mungkin Anda melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak diharapkan dapat ditiru anak. Bisa pula, pada saat itu keluar kata-kata yang akan menyakitkan dan membekas pada anak. Saat Anda marah, Anda juga perlu time out untuk menenangkan diri.

Tidak ada orangtua yang sempurna. Yang penting untuk menjadi orangtua efektif adalah apa yang Anda lakukan sejalan dengan waktu.

Sumber: Gaya Hidup Sehat Online.

Mengenal Cara Belajar Individu

Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.

Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi “pintar”. Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja.

Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung-kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi.


Otak Sebagai Pusat Belajar

Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.



Menurut MacLean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/three in one brain (dalam DePorter & Hernacki, 2001). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik dan yang ketiga adalah neokorteks.
Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies.

Disekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks.
Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupkan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi.

Karakteristik Cara Belajar

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi “pintar” sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi.

Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual


Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:



rapi dan teratur

berbicara dengan cepat

mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik

teliti dan rinci

mementingkan penampilan

lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual

memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik

biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar

sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis)

merupakan pembaca yang cepat dan tekun

lebih suka membaca daripada dibacakan

dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.

jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara

lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak’

lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah

lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik

seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata













2. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial





Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:



sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja

mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca

jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras

dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara

mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita

berbicara dalam irama yang terpola dengan baik

berbicara dengan sangat fasih

lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya

belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat

senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar

mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi

lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya

lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik









3. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik

Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:



berbicara dengan perlahan

menanggapi perhatian fisik

menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka

berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain

banyak gerak fisik

memiliki perkembangan otot yang baik

belajar melalui praktek langsung atau manipulasi

menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung

menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca

banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)

tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama

sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut

menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

pada umumnya tulisannya jelek

menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik)

ingin melakukan segala sesuatu



Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa karakteristik belajar anda yang paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar anda sehingga dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaat berbagai media pendidikan seperti tape recorder, video, gambar, dll. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat. (jp)



Oleh: Zainun Mu’tadin, SPsi., MSi.

BAKAT : MUTIARA TERSEMBUNYI YANG TERUS-MENERUS HARUS DIGALI

INTRODUCTION.

Dalam bilangan waktu yang relatif tidak sedikit, ikhtiar manusia terus menerus dari satu generasi menuju generasi berikutnya selalu mengalami suatu perkembangan. Betapa optimisnya para peneliti kelas dunia untuk menemukan suatu metode yang dapat mengenali bakat seseorang. Dengan segenap semangat dan bekal keilmuannya yang telah teruji dibidangnya mereka selalu mengadakan penelitian yang tidak pernah mengenal putus asa. Mereka sadar bahwa untuk mendapatkan semuanya itu mereka tidak bisa bekerja secara sendirian. Mereka bekerja sama antar ahli di berbagai bidang. Ahli ilmu faal, ahli ilmu psikologi, agamawan dan ahli teknologi komputerisasi. Akhirnya ditemukanlah suatu metode untuk mengenali Bakat / Potensi Otak Kanan dan Otak Kiri serta mengenali Potensi Kecerdasan. Dan metode itu adalah ”DERMATOGLYPIC MULTIPLE INTELLIGENCE” atau metode DMI. Penemu teori Multiple Intelligence (MI) adalah bapak Howard Gardner, sedangkan penemu aplikasi MI di dalam kelas pembelajaran adalah bapak Thomas Armstrong. Dan penemu pendalaman / penelusuran bakat berbasis MI. Barang siapa orang berilmu, ia akan dinaikkan sederajat lebih tinggi dari yang lain dan jangan lihat siapa bicara, tetapi lihatlah apa yang dibicarakannya. Dan sungguh Allah menciptakan segala sesuatunya itu tidak ada yang sia-sia dan Allah Maha Kasih dan Penyayang. Karena itulah ilmu pengetahuan dan teknologi terus menerus akan dikembangkan dan dioptimalkan guna menemukan bakat yang ada pada diri seseorang. Bakat adalah kondisi atau rangkaian karakteristik yang dipandang sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau serangkaian respon melalui latihan-latihan (Bennet, 1952). Bakat merupakan potensi, sehingga tanpa pengembangan yang berarti (internal dan eksternal) tidak akan menjadi suatu prestasi. Sebaliknya pengembangan yang sangat berarti sekalipun tidak akan optimal kalau diberikan kepada seseorang yang tidak memiliki bakat yang memadai. Keduanya bisa mencapai prestasi optimal bila ada kesesuaian.



PENCARIAN YANG TERARAH


Terkadang suatu usaha untuk mencari benda yang kasat mata saja terasa sulit apalagi mencari sesuatu yang tidak nampak oleh mata. Bakat adalah sesuatu yang tidak begitu saja nampak oleh pencermatan mata kita. Maka ada banyak cara seseorang untuk mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi bakatnya itu. Ada yang menggunakan serangkaian tes psikologi. Ada yang melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku dalam kesehariannya. Ada yang melalui pencapaian suatu prestasi yang pernah diraihnya. Ada yang melalui jenis golongan darahnya. Ada yang melalui bintang kelahirannya. Dan kali ini adalah melalui sebagian anggota tubuh kita yaitu melalui kesepuluh sidik jari tangan. Dari banyaknya ragam pencarian bakat yang ada selama ini kesemuanya menunjukkan adanya arah dan kemauan yang keras. Tinggal bagaimana kita memilihnya. DMI salah satu alternatif pencarian bakat yang berbasis teknologi terkini melalui sidik jari seseorang, dimana sidik jari antar orang akan berbeda-beda sebagaimana berbedanya bakat antar sesama kita. Semakin sulit sesuatu itu untuk dicari (termasuk bakat), maka semakin ia membutuhkan bantuan dari banyak pihak, bahkan juga dari banyak cara. Teknologi yang canggih dan keilmuan yang mumpuni. Tidak jarang juga membutuhkan tenaga yang banyak terkadang juga biaya yang relatif sangat tinggi. Tetapi semuanya itu tidak begitu menjadi masalah asalkan ia mendatang sesutau yang bermanfaat dan dapat menyingkat waktu menjadi cepat !



MEMBACA PETA POTENSI DAN BUKAN MERAMAL

Dengan tes DMI ini, kita akan bisa membaca dengan baik apa sesungguhnya yang menjadi potensi unggulan pada diri kita. Tes DMI bukanlah suatu ramalan, melainkan suatu upaya untuk membaca ”Peta Potensi Diri” kita. Ibarat seseorang akan menuju ke luar kota, dimana orang tersebut belum mengenali dengan baik jalan yang akan dilaluinya, maka akan lebih efektif apabila orang tersebut memiliki peta yang dapat dipercaya akan mengantarkan ia pada suatu tujuan yang akan dicapai.

IKHTIAR DAN BUKAN MEMBERI VONIS

Tes DMI adalah suatu ikhtiar yang berbasis ilmu dan teknologi. Sebagaimana ikhtiarnya kita selama ini tentang penggolongan darah yang ada pada tubuh kita, ada golongan darah A, B dst. Sebagaimana juga datangnya seseorang yang sedang sakit pada seorang dokter. Dia tidak sedang mencari ”kepercayaan lain” selain kepada Tuhannya. Dia juga tidak sedang mencari jaminan bahwa dirinya pasti sembuh. Tetapi sesungguhnya orang yang sakit itu sedang mencari obat dan berikhtiar. Demikian juga sang dokter tidak sedang mendahului maunya sang Maha Pencipta juga tidak sedang memberikan vonis bahwa sang pasien tersebut pastilah sembuh dan atau pastilah akan meninggal dunia. Ikhtiar disemua bidang sangatlah dibutuhkan.

MEMILIH PENDIDIKAN SEMAKIN MANTAP DAN EFEKTIF

Tentu dengan menggunakan jenis tes pengenalan bakat yang diyakini seseorang, maka langkah berikutnya bagi mereka akan lebih mantap dalam menentukan pilihan pendidikannya. Ia tidak akan menoleh kekanan dan kekiri lagi. Ia akan lebih fokus, dengan demikian maka ia akan lebih efektif pula dalam menguasai ilmu pilihan yang dipelajarinya itu. Sehingga usia yang kurang dari seratus tahun ini, kelak akan bisa kita lalui dengan sesuatu yang lebih padat, terarah dan berisi, lebih efektif dan lebih produktif dari yang seharusnya bahkan akan lebih dari yang lainnya. Maka tes DMI ini sangat cocok juga untuk anak usia pra sekolah (PAUD), anak usia sekolah dan para mahasiswa.

MEMILIH BIDANG BISNIS / BIDANG PEKERJAAN SEMAKIN MENYENANGKAN DAN PRODUKTIF

Secara tradisional (kalau tidak boleh dikatakan secara primitif) sebenarnya ada beberapa indikator atau parameter seseorang itu melakukan sesuatu sesuai bakatnya atau tidak. Pertama, ia penuh rasa riang gembira ketika melakukan sesuatu. Kedua, ia melakukannya sendiri tanpa harus didorong-dorong oleh pihak manapun. Ketiga, ia tidak mudah putus asa dan tidak mudah jenuh pada kondisi apapun saat melakukan sesuatu itu. Untuk itu ketika seseorang tidak menjumpai ketiga indikator itu pada dirinya, maka sebaiknya ia mencari suatu alternatif untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi bakat bagi dirinya. Jangan sia-siakan sisa usia yang hanya sesaat itu. Jangan rusakkan karir yang kita miliki hanya karena kita jenuh. Jangan bengkalaikan bisnis yang kita tekuni selama ini hanya karena kita jenuh. Pastikan dimana bakat, potensi dan kemampuan kita yang sebenarnya. Dengan bisa mengetahui bakat yang sebenarnya seseorang akan semakin senang menghadapi bisnis atau pekerjaannya dalam kondisi apapun dengan demikian ia tentu akan lebih produktif dari yang senyatanya.


Oleh : Drs. Teguh Sunaryo
http://pgboge.wordpress.com/2008/11/26/bakat-mutiara-tersembunyi-yang-terus-menerus-harus-digali/

SUKSES: ANTARA BAKAT, KEAHLIAN DAN KESEMPATAN

INTRODUCTION.
Secara kuantita sederhana, dalam meraih suatu kesuksesan peran bakat, keahlian dan kesempatan adalah masing-masing 1/3 bagian atau lebih kurang 33% (biasanya secara digampangkan 30%). Cara berpikir seperti itu muncul karena sebuah asumsi bahwa suatu bakat tidak akan ada gunanya kalau tidak diikuti dengan suatu keahlian, suatu keahlian juga tidak akan ada gunanya kalau tidak pernah bertemu dengan kesempatan. Faktanya memang ada orang sukses karena disebabkan punya bakat yang menonjol, ada yang karena disebabkan punya keahlian yang teruji dan ada yang karena disebakan punya banyak kesempatan yang baik (emas). Tetapi apakah kesimpulannya semudah itu kita menggabung-gabungkan variabel sukses tersebut. Dan semudah itu pula membagi-bagi variabel sukses itu ? Sukses dalam dimensi tertentu, tidaklah semudah ramuan teknis sebagai tumpukan dan susunan batu bata yang dirangkai untuk dijadikan sebuah dinding pada suatu rumah. Terkadang ia lebih rumit dari sebuah senyawa reaksi kimia sekalipun.

MANA YANG BISA DIKENDALAIKAN OLEH KITA.
Dari ketiga pokok bahasan tersebut aspek yang paling bisa kita kendalikan adalah aspek keahlian. Suatu keahlian bisa kita upayakan melalui pendidikan, pelatihan dan pembiasaan. Sedangkan aspek bakat lebih bersifat bawaan atau inheren. Ia ada sejak kita lahir dan terlepas dari rasa kesukaan kita. Baik suka ataupun tidak suka yang namanya bakat itu ”ya seperti itu”, dan itu harus kita terima dengan rasa syukur. Sedangkan berbicara tentang aspek kesempatan ada tiga variabel yang harus kita pertimbangkan, yaitu variabel waktu , variabel tataurutan (siapa atau mana yang lebih dahulu) dan variabel aktifitas. Variabel waktu jelas, jatahnya masing-masing kita adalah sama yakni sama-sama 24 jam seharinya. Dari aspek tataurutan, jelas bahwa orang yang lahir terlebih dahulu tidak ada jaminan akan berprestasi dan sukses terlebih dahulu. Dari aspek aktifitas, dia harus kita ikhtiarkan, bukan kita tunggu atau kita minta dari pihak luar. Aktifitas adalah sebuah upaya mengisi waktu. Waktu adalah sebuah kesempatan dan perjalanan yang didalamnya kita bebas untuk mengisinya atau tidak mengisinya. Pendek kata kesempatan itu tidak datang untuk kali yang kedua, kesempatan sangat sulit diprediksikan kapan datangnya, dan masih sangat kontropersial bahwa kesempatan itu ”harus diperjuangkan” atau ”harus ditunggu”. Kalau harus diperjuangkan itu namanya persiapan dan keahlian (yang datangnya harus direncanakan dan diikhtiarkan). Kalau harus ditunggu itu berarti diluar kendali kita. Kesimpulannya adalah yang paling bisa dikendalikan adalah aspek keahlian.

MANA YANG ADA DALAM DIRI KITA.
Dari ketiga aspek tersebut, aspek bakatlah yang adanya hanya di dalam diri kita. Aspek keahlian harus kita ciptakan dan kita ikhtiarkan. Aspek kesempatan, harus ”kita minta” dan atau jatahnya masing-masing kita sudah sama yakni 24 jam, sehingga tidak menjadi variabel pembeda.
KESIMPULAN. Dua hal saja yang harus kita perhatikan dalam meniti suatu kesuksesan. Pertama aspek bakat, kedua adalah aspek keahlian. Sehingga paradigma angka 30-an% bergeser secara sederhana (Jawa: secara bodon) menjadi 50-an%. Dan yang 50-an% itu pun urut-urutannya (Skala prioritasnya, kronologisnya, sistematikanya) haruslah tepat dan benar. Semoga bermanfaat.

Oleh : Drs. H. Teguh Sunaryo
Direktur DMI Primagama

Menerapkan MULTIPLE INTELLIGENCES dalam Proses BELAJAR MENGAJAR

Jika dalam tulisan terdahulu kami sudah mengulas tentang apa itu Multiple Intelligence, dan cara mengenalinya dengan Tes Deteksi Bakat (DMI). Pada kesempatan kali ini kami ingin berbagi tips tentang bagaimana memanfaatkan Kecerdasan Ganda yang dimiliki oleh putra-putri kita, khususnya untuk membantu mereka mengoptimalkan potensi diri dalam meraih prestasi tertinggi. Karena semua individu itu terlahir unik, dengan kecerdasan ganda masing-masing yang dominan maka tidak bisa diperlakukan sama setiap orangnya. Berikut beberapa tips memanfaatkan kecerdasan ganda yang putra-putri kita miliki:

I. Kecerdasan LINGUISTIK (bahasa)

Siswa yang memiliki rating kuat dalam kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :
Suka berinteraksi, berdebat; suka mendengar orang lain dan suka bertanya; memiliki kosakata yang baik; suka bermain dengan kata-kata; suka membaca dan menulis; pandai dalam mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal sepele.
Cara kreatif belajarnya dengan :
1. catat “kata-kata kunci”
2. rekam dan dengarkan
3. menulis dg kata-2 sendiri
4. membuat rangkuman
5. ajukan pertanyaan
6. mengajarkannya pada orang lain

II. Kecerdasan VISUAL-SPASIAL
Siswa yang memiliki rating kuat dalam kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :
Suka menggambar; suka memilah-milah benda; membangun sesuatu; sangat memperhatikan bagian kecil-kecil; sangat ahli dengan mesin; mengingat tempat dengan deskripsi atau gambar; pandai membaca peta dan memiliki orientasi arah yang bagus.
Cara kreatif untuk belajarnya :
1. mind-mapping / peta konsep
2. simbol / gambar
3. gunakan warna
4. membayangkan / imajinasi

III.Kecerdasan INTRAPERSONAL
Siswa yang memiliki rating kuat dalam kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :
Mampu mengekspresikan kesukaan atau ketidaksukaan yang kuat pada kegiatan tertentu; dapat mengkomunikasikan perasaan; sadar akan kekuatan dan kelemahannya; percaya diri dengan kemampuannya sendiri; kemampuan untuk bekerja menuju ambisi; pandai dalam mengerti dirinya sendiri dan fokus pada perasaan dan impiannya; suka yang orsinil.
Cara kreatif belajarnya dengan :
1. lakukan “personalisasi”
2. buat buku harian
3. kaitkan materi dg kehidupan pribadi
4. menyendiri, merenung, konsentrasi

IV. Kecerdasan INTERPERSONAL
Siswa yang memiliki rating kuat dalam kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :
Menunjukkan empati pada orang lain; sangat dikagumi teman-temannya; dapat berteman dengan orang sebaya ataupun dewasa; menunjukkan kemampuan memimpin; pandai dalam mengatur, berkomunikasi, dan kadang-kadang memanipulasi orang lain.
Cara Kreatif belajarnya dengan :
1. diskusi
2. debat
3. tukar peran
4. kolaborasi (Coop. Learning)

V. Kecerdasan MUSIKAL
Siswa yang memiliki rating kuat dalam kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :
Memiliki kepekaan terhadap pola-pola suara; memiliki kemampuan menentukan nada dengan baik, bergerak dengan irama; menangkap inti sebuah ketukan dan menyesuaikan gerakan sesuai perubahan; mudah mengingat nada atau suara, mengingat melodi, memperhatikan ritme dan menjaga waktu.
Cara kreatif untuk belajarnya :
1. membuat jinggle
2. ciptakan syair lagu rap
3. dengarkan musik saat belajar

VI.Kecerdasan LOGIS-MATEMATIS
Siswa yang memiliki rating kuat dalam kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :
Menyukai matematika atau obyek sains; selalu menyodorkan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; menyukai kekurangan logika yang ditemukan pada sikap dan cara bicara orang; suka permainan yang memerlukan strategi seperti catur dan teka-teki.

Cara Kreatif belajarnya dengan :
1. lakukan analisa
2. gunakan flowchart (skema/ grafik)
3. buat urut-urutan
4. metode ilmiah
5. bermain dg angka

VII. Kecerdasan KINESTETIK JASMANI
Siswa yang memiliki rating kuat dalam kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :
Memiliki daya keseimbangan yang baik; memiliki daya irama yang baik; dapat membaca bahasa tubuh; memilk koordinasi mata dan tangan yang baik, menyelesaikan masalah-masalah dengan aksi; pendai dalam kegiatan olahraga dan kerajinan tangan.
Cara Kreatif belajarnya dengan :
1. terjemahkan dalam gerakan
2. bermain peran / role play
3. menyalin, menulis ulang
4. membuat sesuatu
5. melakukan sesuatu

VIII.Kecerdasan NATURALIS
Siswa yang memiliki rating kuat dalam kecerdasan ini memiliki ciri-ciri :
Sangat mencintai dunia luar, hewan, tumbuhan dan semua obyek alami; takjub dengan hal-hal seperti cuaca, dedaunan yang berubah dimusim gugur, suara angin ataupun seekor serangga di kamar; kecenderungan membawa pulang segala jenis hewan yang kesasar dan menyukai peliharaan; memiliki rasa hormat dan mencintai alam dan makhluk hidup.
Cara kreatif belajarnya dengan :
1. belajar di alam terbuka
2. mengaitkan materi belajar dg isu lingkungan hidup
3. memasukkan konteks lingkungan hidup dlm materi yg sedang dipelajari.

Sumber:
Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl, Accelerated earning for The 21st Century (Bandung: Penerbit Nuansa,2002) hlm. 161-174
Gunawan, Adi W., Born to be a Genius (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum, 2003) hlm. 108-133

Sumber :
http://pgboge.wordpress.com/2009/02/27/menerapkan-multiple-intelligences-dalam-proses-belajar-mengajar/

Senin, 19 April 2010

Perkembangan dan Implikasi untuk Pembinaan Anak 6-8 tahun.

Perkembangan Fisik
1. Bertumbuh pesat, lengan dan kaki panjang tungkai kurus, kemudian jadi gemuk.
2. Gigi susu ganti gigi tetap.
3. Penuh energi, suka bergerak dan aktif sekali, lama-kelamaan keaktifan lebih terarah.
4. Masih senang berlari-lari.

Implikasi Pembinaan
1. Perlu makanan yang bergizi, dan cukup banyak istirahat, aktivitas ramai berselang-seling dengan aktivitas tenang.
2. Jagalah terhadap gula-gula/permen.
3. Latihlah, melalui permainan sepak bola atau permainan lain, berenang, dsb.
4. Permainan dibutuhkan sebagai selingan belajar, bekerja, dan bermain harus seimbang.

Perkembangan Sosial
1. Masih merasa dekat dengan orang tua. Senang dalam keluarga mereka.
2. Hormat dan segan kepada guru.
3. Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sifat egosentris mulai hilang dan diganti dengan kesanggupan untuk mengerti.
4. Belajar berdiri sendiri, bila perlu membela diri.
5. Kurang sabar terhadap anak kecil.
6. Belum tahu "kalah dengan hormat".

Implikasi Pembinaan
1. Carilah kontak yang baik dengan orang tua. Kunjungilah keluarga mereka.
2. Janganlah mengecewakan mereka.
3. Berilah banyak kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya, ajarlah agar saling mengerti.
4. Guru harus dekat dengan mereka bila mereka bertengkar, ia perlu berfungsi sebagai jembatan perdamaian.
5. Ajarlah mereka untuk mengerti anak kecil.
6. Belum waktunya untuk mengadakan banyak perlombaan, lebih baik mengajarkan kerja sama.

Perkembangan Mental
1. Konsentrasi tahan lebih lama, mereka sanggup mengikuti pelajaran di sekolah sampai 43 menit.
2. Dapat mengikuti instruksi guru dan mengerjakan tugas tertentu.
3. Bertumbuh dalam hal tanggung jawab karena dapat lebih mengerti.
4. Senang mendengar cerita, meskipun sudah dapat membaca.
5. Belajar membaca, menghitung, menulis.
6. Belum mengerti hal yang abstrak. Cara berfikir berdasarkan hal yang konkrit.
7. Belum mempunyai pendapat sendiri, masih bergantung dari pendapat orang dewasa, orang tua, guru.

Implikasi Pembinaan
1. Mengharapkan/antisipasi mereka untuk duduk tenang selama bercerita, kemudian diberi kesempatan untuk bergerak.
2. Berilah tugas, seperti mengulangi ayat hafalan atau cerita.
3. Berilah tanggung jawab sesuai kemampuan.
4. Jadikanlah cerita Alkitab pusat pelajaran di SM.
5. Pakailah alat peraga dengan huruf yang jelas.
6. Pakailah kara-kata dan contoh-contoh berdasarkan hal yang konkrit dan sederhana.
7. Tidak harus ditawarkan banyak keputusan. Berilah contoh yang baik dalam kelakuan dan perkataan, dan menantikan mereka meniru contoh itu.

Perkembangan Emosional
1. Lebih stabil, tetapi mudah gelisah, gugup, kadang-kadang putus asa.
2. Pada permulaan anak merasa kuatir, belum bisa, lama-kelamaan lebih yakin akan diri sendiri.
3. Kurang sabar terhadap diri sendiri.
4. Membesar-besarkan.
5. Dapat merasakan perasaan teman lain juga perasaan orang tua.

Implikasi Pembinaan
1. Usahakan suasana yang tenang, ramah. Anak tidak boleh ditertawakan.
2. Berilah tugas yang tidak terlalu sulit. Memberanikan anak dalam segala hal yang terasa sulit.
3. Ajarlah dia bekerja dengan tenang dan menyelesaikan apa yang dimulai dengan teliti.
4. Membetulkan fakta tanpa mempermalukan.
5. Ajarlah dia untuk mengekspresikan rasa sayang dan juga menolong kawan dalam kesulitan, termasuk orang tua.

Perkembangan Rohani
1. Mereka senang datang ke SM.
2. Kenal akan Allah, mulai bertanya tentang surga, neraka dan kematian.
3. Senang menghafal ayat firman Tuhan.
4. Sudah sadar akan dosa.
5. Mengasihi Yesus sebagai teman dan penolong.
6. Mereka memiliki iman sederhana, dan dapat dibimbing untuk menerima Tuhan Yesus.
7. Anak umur ini seperti tanah liat kalau menerima firman Tuhan, tetapi seperti batu yang keras dalam memegang apa yang telah diterima.

Implikasi Pembinaan
1. Jagalah supaya kesenangan ini tetap melalui persiapan yang matang dan pelajaran yang menarik, suasana kasih, tertib.
2. Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur.
3. Berilah ayat hafalan setiap pelajaran. Jagalah bahwa ayat tidak terlalu sulit/panjang.
4. Ajarlah bahwa Tuhan membenci dosa, tetapi mengasihi anak berdosa dan bersedia mengampuni.
5. Ajarlah banyak tentang Tuhan Yesus.
6. Memberi kesempatan untuk dapat menerima Tuhan Yesus secara pribadi.
7. Ajarlah hal yang besar dengan cara terbaik karena mereka mengalami masa perkembangan yang baik sekali untuk "menerima dan memegang".

Minggu, 18 April 2010

Perkembangan dan Implikasi untuk Pembinaan Anak 3-5 tahun

Perkembangan Fisik
1. Sangat aktif, selalu bergerak, fisik anak akan bertumbuh dengan pesat.
2. Ia lebih suka melakukan sesuatu daripada menjadi penonton.
3. Ia belum dapat tahan pada aktivitas yang terlalu lama.
4. Bertumbuh dengan pesat; otot besar berkembang lebih dulu daripada otot kecil.
5. Mudah terserang penyakit.

Implikasi Pembinaan
1. Ruangan Sekolah Minggu sebaiknya tidak sempit.
2. Sediakan waktu untuk mengambar memilih nyanyian dengan gerakan, permainan jari, drama.
3. Menyusun acara SM yang bervariasi, cerita Alkitab 5-10 menit saja.
4. Pekerjaan yang halus (mengunting) belum dapat dikerjakan dengan teliti.
5. Perhatikanlah anak yang kurang sehat.

Perkembangan Sosial
1. Egosentris, belum melihat dan mengerti orang lain.
2. Orientasi utama ialah terhadap keluarga (orang tua, kakak, adik).
3. Menuntut perhatian, ingin dipuji.
4. Membutuhkan dukungan.
5. Maju dalam hal bermain bersama anak lain.

Implikasi Pembinaan
1. Berilah cukup perhatian kepada setiap anak; sebaiknya mereka duduk dalam lingkaran.
2. Kenalkan orang tua dari setiap anak kecil, kunjungilah keluarganya. Bercerita mengenai keluarga dalam Alkitab.
3. Pujilah dia, asal jangan berlebihan.
4. Apa yang benar dan baik dapat didukung.
5. Berilah kesempatan bergaul dengan kawan sebaya.
6. Setialah pada kelasmu, jangan terlalu banyak ganti guru. Berilah batas-batas tertentu dalam SM tetapi terbuka juga untuk perubahan.

Perkembangan Mental
1. Pengertian akan kata-kata bertambah tetapi masih terbatas.
2. Pengertian tentang jarak dan waktu masih sangat terbatas.
3. Daya tahan konsentrasi sangat terbatas.
4. Mengerti hal yang nyata.
5. Dapat menghafal tetapi belum mengerti artinya dan juga cepat lupa.
6. Memberi respon terhadap rangsangan intelek.
7. Belajar melalui menirukan orang lain.
8. Selalu ingin tahu.
9. Daya khayal kuat, kadang-kadang sulit membedakan kenyataan dan khayalan sangat kreatif, suka membuat cerita sendiri.
10. Belajar melalui semua panca indera; melihat, meraba, merasa, mencium,mendengar.

Implikasi Pembinaan
1. Pakailah kata-kata yang sederhana, ulangi kata-kata baru, ucapan perlu jelas.
2. Tidak usah menyebut kilometer atau fakta sejarah.
3. Minta perhatian untuk waktu tertentu saja, kemudian ganti aktivitas.
4. Berbicaralah hal yang konkrit.
5. Bahan hafalan (doa, nyanyian, ayat Alkitab) harus jelas dan sederhana, sering diulangi dan dibahas ulang, sehingga pengertian bertambah.
6. Pakailah kata-kata baru, nyanyian baru (yang sederhana).
7. Jadilah teladan yang dapat ditiru. Hentikanlah kelakuan anak yang kurang baik, sebelum dicontoh oleh anak lain.
8. Jawablah dengan sabar semua pertanyaan.
9. Dengarkanlah baik-baik kalau seorang anak kecil bercerita untuk mengerti alam pikirannya. Cegahlah kalau berlebihan. Pakailah daya khayal dalam drama spontan.
10. Susunlah ruangan sedimikian dan bawa alat peraga, supaya ada rangsangan untuk panca indera.

Perkembangan Emosional
1. Emosi yang dialami pada umur ini sangat kuat, tetapi kesanggupan untuk mengontrolnya belum begitu berkembang.
2. Emosi anak kecil belum stabil dan sering berubah, mudah menangis, mudah tertawa.
3. Anak kecil sering mengalami rasa takut. Rasa takut ada emosi yang wajar dalam proses berkembang.
4. Anak kecil bisa marah dan meledak, kalau terlalu banyak halangan dan larangan.
5. Dapat menunjukkan rasa jengkel, kalau merasa dirinya sanggup, padahal belum. Akibatnya kecewa dengan hasil pekerjaannya.
6. Mudah iri hati, kalau anak lain diperhatikan khususnya adik yang masih kecil.
7. Sering menangis sambil meminta sesuatu.
8. Senang dalam alam semesta, mengagumi bunga, binatang, pemandangan.
9. Senang dengan makanan enak.
10. Dapat sayang kepada orang yang dekat kepadanya, juga dapat menunjukkan belas kasihan kepada anak lain.

Implikasi Pembinaan
1. Ciptakanlah suasana yang tenang, tetapi gembira. Sebagai orang dewasa perlu mengontrol emosi sendiri.
2. Kalau emosi negatif, tunjukkan perngertian, kemudian coba membelokkan emosi itu kearah yang positif: berikanlah aktivitas baru.
3. Hiduplah dekat pada anak untuk mengetahui apa yang ditakuti dan lindungi dia. Berilah penjelasan kalau yang ditakuti tidak beralasan. Jangan sekali-kali menakut-nakuti anak supaya tunduk.
4. Berilah seperlunya saja larangan serta penjelasan. Ledakan/tangisan jangan dibiasakan sebagai senjata/alat untuk mendapatkan sesuatu yang diingini.
5. Memberanikan untuk mengerjakan sesuatu tanpa mengharapkan hasil yang sempurna; perhatikan setiap pekerjaan dengan interes sekalipun belum sempurna.
6. Berilah pengertian, perhatian dan kasih; mengajak untuk berbuat baik terhadap anak lain atau anak kecil lain.
7. Berilah petunjuk bahwa ia boleh minta, tanpa menangis/paksaan.
8. Ajarlah bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah, sehingga anak belajar memuji Allah.
9. Ajarlah untuk berterima kasih atas segala makanan.
10. Biarkanlah dia mengekpresikan rasa sayang kepada anak lain; ajarlah dia berdoa buat teman lain.

Perkembangan Rohani
1. Mudah percaya.
2. Ikut kepercayaan orang tuanya.
3. Mulai membedakan yang benar dan yang salah.
4. Mengasihi Allah sebagai Pencipta dan Pemberi segala sesuatu yang baik, sebagai Tuhan yang dapat menolong.

Implikasi Pembinaan
1. Apa yang diajar harus benar, agar layak dipercaya/tidak menyesatkan.
2. Orang tua harus menjadi teladan yang baik. Guru SM mengusahakan hubungan yang baik dengan orang tua anaknya.
3. Ajarlah bahwa Allah mau supaya kita melakukan yang baik, Tuhan mau mengampuni kesalahan kita.
4. Memimpin anak untuk menyembah Allah sebagai Pencipta, Pembinam, Penolong.

Psikologi Perkembangan Anak


Perkembangan dan Implikasi Pembinaan Anak 9-11 tahun.

Perkembangan fisik:
1. Aktif/penuh kegiatan, badan kuat dan seimbang, suka mengembara di alam terbuka, senang berolah raga.
2. Tertarik kepada orang yang kuat dan cakap, olahragawan sebagai pahlawan tetapi juga tokoh-tokoh yang berhasil di bidang lain.
3. Lebih senang bermain daripada bekerja, khususnya kalau pekerjaannya tidak sesuai dengan selera.
4. Suka berkelahi karena bersaing.

Implikasi Pembinaan:
1. Berilah kesempatan untuk petualangan, tantanglah dia melalui aktivitas di alam terbuka, berilah kesempatan berolah raga sesuai dengan kesanggupan yang ada.
2. Ceritakanlah tentang pahlawan-pahlawan iman dari Alkitab yang "berhasil", meskipun mereka juga menderita.
3. Tantanglah mereka, supaya mereka selesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin, kemudian mereka diijinkan bermain.
4. Mengadakan perlombaan yang kreatif, dan ajarlah konsep "kalah dengan hormat".
Perkembangan Fisik
1. Masih tunduk terhadap pemimpin, tetapi coba mengujinya melalui memberontak.
2. Rindu pemimpin yang tegas, berani dan berwibawa.
3. Akan mendendam kalau diperlakukan tidak adil.
4. Setia kawan, suka berkelompok dalam "gang". Anak yang kurang berani atau kurang kuat dijauhkan.
5. Mulai tertutup terhadap orang tua, tahu menyimpan rahasia.
6. Mulai menjauhi jenis kelamin lain.

Implikasi Pembinaan
1. Jadilah pemimpin yang cerdas dan yakin (persiapan yang memadai) dan mempertahankan disiplin dan suasana saling menghormati dalam kelas.
2. Tantanglah mereka, sebelum mereka menantangmu! Kewibawaan berasal dari hidup berdisiplin sendiri dan bergaul dengan Tuhan.
3. Memperlakukan mereka dengan adil.
4. Cobalah untuk mengenal dan memenangkan "kepala" kelompok, supaya dia menjadi penolong. Ajarlah mereka memperhatikan anak-anak yang lemah.
5. Cobalah untuk mendapat kepercayaan mereka tanpa memaksa mereka. Jadilah teman mereka, kakak!
6. Biarlah mereka duduk terpisah, tapi jagalah suasana saling menghormati.

Perkembangan Mental
1. Konsentrasinya baik, mudah menghafal.
2. Suka akan penyelidikan, berusaha mencari jawaban sendiri.
3. Ingin mengetahui tentang negara dan kebudayaan negara lain.
4. Memperkembangkan pendapat sendiri.
5. Senang mengadakan koleksi, misalnya perangko, kupu-kupu, serangga, ...
6. Mempunyai pengertian tentang keadilan.
7. Ingin bebas, menentang paksaan.
8. Biasanya percaya diri.

Implikasi Pembinaan
1. Merencanakan bahan hafalan yang berguna.
2. Mereka dapat diaktifkan untuk mencari jawaban sendiri dalam Alkitab atau bacaan lain.
3. Sajikan cerita misi dan cerita-cerita dari orang Kristen di negara lain.
4. Berilah kesempatan untuk bertanya, berdiskusi.
5. Memberanikan mereka untuk membagikan pengalaman tentang koleksi mereka.
6. Berlakulah adil dalam segala hal, menekankan keadilan dan sifat adil dari Tuhan.
7. Berilah kebebasan tanpa menghilangkan disiplin.
8. Meskipun mereka tampak yakin dan berani, ajarlah mereka supaya hidup bergantung dari Tuhan.

Perkembangan Emosional
1. Mereka masih senang diperhatikan, tetapi canggung menerima kasih yang dinyatakan secara terang-terangan.
2. Mereka biasanya merasa aman; tidak banyak hal yang menakutkan mereka. Dan kalau takut, mereka segan mengakuinya.
3. Dapat cepat marah, tetapi emosi marah tidak lama.
4. Senang humor, tetapi kadang-kadang tidak tahu batas dan menyakiti orang lain dengan lelucon yang tidak pada tempatnya.

Implikasi Pembinaan
1. Berilah perhatian pribadi kepada mereka, tanpa menonjolkan perhatian itu di depan kawan sebaya mereka.
2. Coba mengerti, dimana ada segi-segi yang membuat mereka merasa kurang aman, bicarakanlah tentang hal itu tanpa memancing pertanyaan, berilah kenyataan saja.
3. Tetap tenang, meskipun kena letusan marah, baru berbicara, kalau rasa marah berkurang.
4. Jangan tunjukkan sikap terlalu serius, pakailah humor di mana mungkin, tetapi ajarlah juga di mana batasan lelucon; ajarkan mereka ikut merasakan perasaan orang lain.

Perkembangan Rohani
1. Banyak pertanyaan tentang hidup sebagai orang Kristen, apa yang tidak boleh.
2. Masih senang datang ke Sekolah Minggu, khususnya kalau boleh aktif dan senang dengan guru.
3. Senang dengan cerita Alkitab tentang pahlawan iman dan sejarah bangsa Israel.
4. Suka melakonkan drama spontan, juga menyanyi dalam koor.
5. Tidak terlalu beremosi dalam kerohaniannya.
6. Terbuka terhadap perkara-perkara rohani, dan dapat diajar tentang pertobataan dan keselamatan.
7. Mereka tahu akan akibat dari perbuatan yang tidak baik/dosa dan takut akan akibat itu.
8. Sering mereka menetapkan tujuan moral yang terlalu tinggi.
9. Anak besar membutuhkan dorongan untuk membaca Alkitab pribadi tiap hari.

Implikasi Pembinaan
1. Pakailah segala kekayaan Alkitab khususnya sepuluh Hukum, untuk menanamkan suatu patokan untuk hidup keKristenan mereka.
2. Berilah tanggung jawab kepada mereka sebanyak mungkin, ajarlah mereka supaya saling memperhatikan dan saling menolong secara aktif.
3. Kurikulum Sekolah Minggu untuk umur itu harus mengajar banyak tentang pahlawan iman.
4. Berilah kesempatan untuk ekspresi kreatif. Baik sekali kalau diadakan koor.
5. Kalau menantang mereka, umpamanya untuk bertobat, tidak usah merangsang emosi.
6. Berilah pengetahuan dan kesempatan untuk bertobat dan diselamatkan.
7. Berilah pengertian bahwa dosa dapat dihapus oleh darah Tuhan Yesus Kristus dan bahwa akibat dosa boleh diserahkan kepada Tuhan.
8. Ajarlah mereka hidup sesuai dengan patokan Tuhan yang juga memberi kekuatan untuk berbuat baik.
9. Berilah dorongan secara positif: Firman Tuhan adalah"makanan tubuh rohani kita". Kalau ingin menjadi kuat, harus membaca. Memperkenalkan bahan untuk waktu teduh.

Perkembangan dan Implikasi untuk Pembinaan Anak 6-8 tahun.

Perkembangan Fisik
1. Bertumbuh pesat, lengan dan kaki panjang tungkai kurus, kemudian jadi gemuk.
2. Gigi susu ganti gigi tetap.
3. Penuh energi, suka bergerak dan aktif sekali, lama-kelamaan keaktifan lebih terarah.
4. Masih senang berlari-lari.

Implikasi Pembinaan
1. Perlu makanan yang bergizi, dan cukup banyak istirahat, aktivitas ramai berselang-seling dengan aktivitas tenang.
2. Jagalah terhadap gula-gula/permen.
3. Latihlah, melalui permainan sepak bola atau permainan lain, berenang, dsb.
4. Permainan dibutuhkan sebagai selingan belajar, bekerja, dan bermain harus seimbang.

Perkembangan Sosial
1. Masih merasa dekat dengan orang tua. Senang dalam keluarga mereka.
2. Hormat dan segan kepada guru.
3. Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sifat egosentris mulai hilang dan diganti dengan kesanggupan untuk mengerti.
4. Belajar berdiri sendiri, bila perlu membela diri.
5. Kurang sabar terhadap anak kecil.
6. Belum tahu "kalah dengan hormat".

Implikasi Pembinaan
1. Carilah kontak yang baik dengan orang tua. Kunjungilah keluarga mereka.
2. Janganlah mengecewakan mereka.
3. Berilah banyak kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya, ajarlah agar saling mengerti.
4. Guru harus dekat dengan mereka bila mereka bertengkar, ia perlu berfungsi sebagai jembatan perdamaian.
5. Ajarlah mereka untuk mengerti anak kecil.
6. Belum waktunya untuk mengadakan banyak perlombaan, lebih baik mengajarkan kerja sama.

Perkembangan Mental
1. Konsentrasi tahan lebih lama, mereka sanggup mengikuti pelajaran di sekolah sampai 43 menit.
2. Dapat mengikuti instruksi guru dan mengerjakan tugas tertentu.
3. Bertumbuh dalam hal tanggung jawab karena dapat lebih mengerti.
4. Senang mendengar cerita, meskipun sudah dapat membaca.
5. Belajar membaca, menghitung, menulis.
6. Belum mengerti hal yang abstrak. Cara berfikir berdasarkan hal yang konkrit.
7. Belum mempunyai pendapat sendiri, masih bergantung dari pendapat orang dewasa, orang tua, guru.

Implikasi Pembinaan
1. Mengharapkan/antisipasi mereka untuk duduk tenang selama bercerita, kemudian diberi kesempatan untuk bergerak.
2. Berilah tugas, seperti mengulangi ayat hafalan atau cerita.
3. Berilah tanggung jawab sesuai kemampuan.
4. Jadikanlah cerita Alkitab pusat pelajaran di SM.
5. Pakailah alat peraga dengan huruf yang jelas.
6. Pakailah kara-kata dan contoh-contoh berdasarkan hal yang konkrit dan sederhana.
7. Tidak harus ditawarkan banyak keputusan. Berilah contoh yang baik dalam kelakuan dan perkataan, dan menantikan mereka meniru contoh itu.

Perkembangan Emosional
1. Lebih stabil, tetapi mudah gelisah, gugup, kadang-kadang putus asa.
2. Pada permulaan anak merasa kuatir, belum bisa, lama-kelamaan lebih yakin akan diri sendiri.
3. Kurang sabar terhadap diri sendiri.
4. Membesar-besarkan.
5. Dapat merasakan perasaan teman lain juga perasaan orang tua.

Implikasi Pembinaan
1. Usahakan suasana yang tenang, ramah. Anak tidak boleh ditertawakan.
2. Berilah tugas yang tidak terlalu sulit. Memberanikan anak dalam segala hal yang terasa sulit.
3. Ajarlah dia bekerja dengan tenang dan menyelesaikan apa yang dimulai dengan teliti.
4. Membetulkan fakta tanpa mempermalukan.
5. Ajarlah dia untuk mengekspresikan rasa sayang dan juga menolong kawan dalam kesulitan, termasuk orang tua.

Perkembangan Rohani
1. Mereka senang datang ke SM.
2. Kenal akan Allah, mulai bertanya tentang surga, neraka dan kematian.
3. Senang menghafal ayat firman Tuhan.
4. Sudah sadar akan dosa.
5. Mengasihi Yesus sebagai teman dan penolong.
6. Mereka memiliki iman sederhana, dan dapat dibimbing untuk menerima Tuhan Yesus.
7. Anak umur ini seperti tanah liat kalau menerima firman Tuhan, tetapi seperti batu yang keras dalam memegang apa yang telah diterima.

Implikasi Pembinaan
1. Jagalah supaya kesenangan ini tetap melalui persiapan yang matang dan pelajaran yang menarik, suasana kasih, tertib.
2. Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur.
3. Berilah ayat hafalan setiap pelajaran. Jagalah bahwa ayat tidak terlalu sulit/panjang.
4. Ajarlah bahwa Tuhan membenci dosa, tetapi mengasihi anak berdosa dan bersedia mengampuni.
5. Ajarlah banyak tentang Tuhan Yesus.
6. Memberi kesempatan untuk dapat menerima Tuhan Yesus secara pribadi.
7. Ajarlah hal yang besar dengan cara terbaik karena mereka mengalami masa perkembangan yang baik sekali untuk "menerima dan memegang".

posted by Bina Iman @ 11:18 PM 0 comments
Perkembangan dan Implikasi untuk Pembinaan Anak 3-5 tahun.

Perkembangan Fisik
1. Sangat aktif, selalu bergerak, fisik anak akan bertumbuh dengan pesat.
2. Ia lebih suka melakukan sesuatu daripada menjadi penonton.
3. Ia belum dapat tahan pada aktivitas yang terlalu lama.
4. Bertumbuh dengan pesat; otot besar berkembang lebih dulu daripada otot kecil.
5. Mudah terserang penyakit.

Implikasi Pembinaan
1. Ruangan Sekolah Minggu sebaiknya tidak sempit.
2. Sediakan waktu untuk mengambar memilih nyanyian dengan gerakan, permainan jari, drama.
3. Menyusun acara SM yang bervariasi, cerita Alkitab 5-10 menit saja.
4. Pekerjaan yang halus (mengunting) belum dapat dikerjakan dengan teliti.
5. Perhatikanlah anak yang kurang sehat.

Perkembangan Sosial
1. Egosentris, belum melihat dan mengerti orang lain.
2. Orientasi utama ialah terhadap keluarga (orang tua, kakak, adik).
3. Menuntut perhatian, ingin dipuji.
4. Membutuhkan dukungan.
5. Maju dalam hal bermain bersama anak lain.

Implikasi Pembinaan
1. Berilah cukup perhatian kepada setiap anak; sebaiknya mereka duduk dalam lingkaran.
2. Kenalkan orang tua dari setiap anak kecil, kunjungilah keluarganya. Bercerita mengenai keluarga dalam Alkitab.
3. Pujilah dia, asal jangan berlebihan.
4. Apa yang benar dan baik dapat didukung.
5. Berilah kesempatan bergaul dengan kawan sebaya.
6. Setialah pada kelasmu, jangan terlalu banyak ganti guru. Berilah batas-batas tertentu dalam SM tetapi terbuka juga untuk perubahan.

Perkembangan Mental
1. Pengertian akan kata-kata bertambah tetapi masih terbatas.
2. Pengertian tentang jarak dan waktu masih sangat terbatas.
3. Daya tahan konsentrasi sangat terbatas.
4. Mengerti hal yang nyata.
5. Dapat menghafal tetapi belum mengerti artinya dan juga cepat lupa.
6. Memberi respon terhadap rangsangan intelek.
7. Belajar melalui menirukan orang lain.
8. Selalu ingin tahu.
9. Daya khayal kuat, kadang-kadang sulit membedakan kenyataan dan khayalan sangat kreatif, suka membuat cerita sendiri.
10. Belajar melalui semua panca indera; melihat, meraba, merasa, mencium,mendengar.

Implikasi Pembinaan
1. Pakailah kata-kata yang sederhana, ulangi kata-kata baru, ucapan perlu jelas.
2. Tidak usah menyebut kilometer atau fakta sejarah.
3. Minta perhatian untuk waktu tertentu saja, kemudian ganti aktivitas.
4. Berbicaralah hal yang konkrit.
5. Bahan hafalan (doa, nyanyian, ayat Alkitab) harus jelas dan sederhana, sering diulangi dan dibahas ulang, sehingga pengertian bertambah.
6. Pakailah kata-kata baru, nyanyian baru (yang sederhana).
7. Jadilah teladan yang dapat ditiru. Hentikanlah kelakuan anak yang kurang baik, sebelum dicontoh oleh anak lain.
8. Jawablah dengan sabar semua pertanyaan.
9. Dengarkanlah baik-baik kalau seorang anak kecil bercerita untuk mengerti alam pikirannya. Cegahlah kalau berlebihan. Pakailah daya khayal dalam drama spontan.
10. Susunlah ruangan sedimikian dan bawa alat peraga, supaya ada rangsangan untuk panca indera.

Perkembangan Emosional
1. Emosi yang dialami pada umur ini sangat kuat, tetapi kesanggupan untuk mengontrolnya belum begitu berkembang.
2. Emosi anak kecil belum stabil dan sering berubah, mudah menangis, mudah tertawa.
3. Anak kecil sering mengalami rasa takut. Rasa takut ada emosi yang wajar dalam proses berkembang.
4. Anak kecil bisa marah dan meledak, kalau terlalu banyak halangan dan larangan.
5. Dapat menunjukkan rasa jengkel, kalau merasa dirinya sanggup, padahal belum. Akibatnya kecewa dengan hasil pekerjaannya.
6. Mudah iri hati, kalau anak lain diperhatikan khususnya adik yang masih kecil.
7. Sering menangis sambil meminta sesuatu.
8. Senang dalam alam semesta, mengagumi bunga, binatang, pemandangan.
9. Senang dengan makanan enak.
10. Dapat sayang kepada orang yang dekat kepadanya, juga dapat menunjukkan belas kasihan kepada anak lain.

Implikasi Pembinaan
1. Ciptakanlah suasana yang tenang, tetapi gembira. Sebagai orang dewasa perlu mengontrol emosi sendiri.
2. Kalau emosi negatif, tunjukkan perngertian, kemudian coba membelokkan emosi itu kearah yang positif: berikanlah aktivitas baru.
3. Hiduplah dekat pada anak untuk mengetahui apa yang ditakuti dan lindungi dia. Berilah penjelasan kalau yang ditakuti tidak beralasan. Jangan sekali-kali menakut-nakuti anak supaya tunduk.
4. Berilah seperlunya saja larangan serta penjelasan. Ledakan/tangisan jangan dibiasakan sebagai senjata/alat untuk mendapatkan sesuatu yang diingini.
5. Memberanikan untuk mengerjakan sesuatu tanpa mengharapkan hasil yang sempurna; perhatikan setiap pekerjaan dengan interes sekalipun belum sempurna.
6. Berilah pengertian, perhatian dan kasih; mengajak untuk berbuat baik terhadap anak lain atau anak kecil lain.
7. Berilah petunjuk bahwa ia boleh minta, tanpa menangis/paksaan.
8. Ajarlah bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah, sehingga anak belajar memuji Allah.
9. Ajarlah untuk berterima kasih atas segala makanan.
10. Biarkanlah dia mengekpresikan rasa sayang kepada anak lain; ajarlah dia berdoa buat teman lain.

Perkembangan Rohani
1. Mudah percaya.
2. Ikut kepercayaan orang tuanya.
3. Mulai membedakan yang benar dan yang salah.
4. Mengasihi Allah sebagai Pencipta dan Pemberi segala sesuatu yang baik, sebagai Tuhan yang dapat menolong.

Implikasi Pembinaan
1. Apa yang diajar harus benar, agar layak dipercaya/tidak menyesatkan.
2. Orang tua harus menjadi teladan yang baik. Guru SM mengusahakan hubungan yang baik dengan orang tua anaknya.
3. Ajarlah bahwa Allah mau supaya kita melakukan yang baik, Tuhan mau mengampuni kesalahan kita.
4. Memimpin anak untuk menyembah Allah sebagai Pencipta, Pembinam, Penolong.


http://binaiman.blogspot.com/